Kamis, 21 Juli 2011

Di gedung putih bernama FIS itu

Mungkin orang mengira gedung itu adalah kumpulan mahasiwa yang penuh dinamika,pemikiran kritis,keberanian yang menjurus ke arah anarkis atau berbagai hal lain yang menunjukan identitas kepribadian sebuah tempat bergurunya para aktivis,suatu persepsi yang berkaitan mengingat hakekat dari ilmu sosial yang berdekatan dan bersenyawa dengan apa yang dinamakan politik.
andaikan mereka tau jika orang-orang didalamnya justru berselimutkan rasa takut yang luar biasa,andai mereka melihat jika pengisinya hanya para pecundang,andai mereka menyaksikan mereka hanya sekumpulan penjilat harusnya mereka akan sadar jika gedung itu hanya gudang jiwa2 kosong melarat akan harga diri dan haus akan sebuah nilai yang tingi.
tak ada teriakan protes di gedung itu yang ada hanya ungkapan basa-basi atau rintihan memelas mahasiswa ataupun tindakan konyol lainnya untuk menarik perhatian dosen dengan harapan nilai yang bagus sebagai imbalan.
Dinding ber cat putih bersih sama halnya dengan otak pengisinya yang kosong namun berbeda jauh dengan jiwa kejujuran penghuninya yang telah dipenuhi bercak hitam, penggadaian harga diri, membohongi diri sendiri karena aq yakin kawan jika nuranimu juga berkata menjilat itu alangkah memalukan.
Di tiap sudut gedung yang sulit dijangkau penglihatan akan ada pemandangan yang seharusnya kita saksikan di taman bunga atau rumah bordir tepatnya..."PACARAN"itulah mereka sebut namanya..meskipun sudah menjurus ke arah "PEMANASAN".Mahasiswa bergerombol duduk membentuk lingkaran diskusi, bukan materi perkuliahan atau isu sosial politik yang menjadi objek pembahasan tetapi Point Blank,Pokker,Sex,Bola yang   selalu menjadi  tema setiap pertemuan, Langkah angkuh para senior yang konon dikatakan preman selalu beriringan dengan sapaan junior yang dikeluarkan bukan karena hormat tapi karena takut...sebuah pemandangan menjjikan mengingat status mereka sebagai mahasiswa sosial.
di gedung putih bernama fis itu, hanya kumpulan dari jiwa2 mahasiswa yang telah mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SELAMAT NATAL IBU, TAHUN INI AKU TIDAK PULANG

Aku merenung sejenak menatap lampu jalanan yang sudah mulai menyala. Ku susuri perlahan trotoar berdebu itu dengan perlahan tanpa berniat un...